Pasca Banjir di Desa Sambandete Memasuki Hari Kedelapan Belum Juga Kembali Norma
Spiritsultra com, Konut – Jalan Trans Sulawesi Konawe Utara yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Tengah, setiap tahunnya menjadi santapan banjir sejak tahun 2019 lalu, namun entah kenapa pihak Balai Kementerian Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara sampai saat ini belum menemukan solusi untuk menghentikan air yang melintas mencapai ketinggian dan menyebabkan arus lalulintas terputus, sehingga masyarakat dengan terpaksa harus mengeluarkan uang banyak untuk tiba di tujuan.
.
Pasca banjir sejak tanggal 19 Maret sampai hari ini, masyarakat yang hendak mudik baik dari Sulawesi Tengah maupun sebaliknya, masih menggunakan pincara penyeberangan akibat air belum sepenuhnya surut secara normal,sehingga harus mengeluarkan isi dompet yang lumayan banyak.
.
Salah seorang Driver roda empat yang sempat terkonfirmasi setelah melakukan penyeberangan menuju Kendari dengan menggunakan pincara, terpaksa harus mengeluarkan uang sejumlah Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah. Kamis, 27 Maret 2025.
.
Kita bisa bisa bayangkan, uang senilai Rp.500.000, dalam suasana menghadapi Lebaran Idul Fitri bagi Umat Muslim,sudah pasti dapat menutupi kebutuhan dapur kaum Ibu rumah tangga.
.
“apakah setiap tahunnya di musim hujan desa Sambandete kebanjiran terus?, dan berapa lama pihak Balai Kementerian Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara akan menemukan solusinya hingga tak terjadi lagi banjir seperti Har ini? “
.
Hari ke – 8 pasca banjir yang melanda desa Sambandete Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, kondisi air masih belum kembali normal, dan menurut salah seorang Pol.PP.Konawe Utara pak Hery, air baru surut sekitar 30 Cm, dari kondisi kemarin.
.
“Saya berjaga di Pos siaga ini sudah menjelang empat hari, dan hari ini kami melihat kondisi surut air baru mencapai 30 Cm dari ketinggian kemarin, semoga saja dalam waktu dua hari kedepan tidak terjadi hujan, kemungkinan Kendaraan roda empat sudah dapat melintas dan tidak menggunakan pincara penyeberangan lagi “
.
Rudia
